Tuesday, March 12, 2013

Rajin Pantau Tensi Turut Sehatkan Ginjal


Menurut Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dr. Dharmeizar, hipertensi merupakan salah satu faktor penyebab penyakit ginjal kronik (PGK). Selain hipertensi, PGK juga dapat disebabkan oleh diabetes mellitus, serta penyakit lain yang berhubungan dengan ginjal, antara lain batu ginjal yang tidak disembuhkan, penyakit ginjal polikistik, dan glomerulonefritis kronik.
PGK merupakan penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia, yaitu berdasarkan data survei yang dilakukan PERNEFRI baru-baru ini mencapai 30,7 juta penduduk. PGK berbeda dengan penyakit ginjal lainnya seperti batu ginjal ataupun infeksi saluran kemih akibat berkurangnya fungsi ginjal. PGK merupakan penurunan fungsi ginjal perlahan namun pasti sehingga pada suatu saat tertentu akan mengakibatkan gagal ginjal.
Namun dapat juga ditandai dengan LFG yang kurang dari 60 mL permenit untuk lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Pengobatan untuk PGK pada stadium tahap akhir, kata Dharmeizar, memerlukan terapi pengganti ginjal, diantaranya hemodialisis atau cuci darah, peritoneal dialisis, hingga transplantasi ginjal.
"Untuk mengatasi penyakit ginjal kronik tentunya harus ada penambahan penyebaran sentral pengobatan, namun pencegahanlah yang paling penting," tandasnya.
Karena pengobatan penyakit ginjal kronis itu sangat mahal. Bayangkan, pertahun untuk hemodialisis menghabiskan Rp 50 hingga Rp 80 juta, transplantasi ginjal mencapai Rp 250 sampai Rp 350 juta, pertahunnya butuh perawatan lagi yang mencapai Rp 75 hingga Rp 150 juta," katanya.